Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat-sifat kesuburan tanahnya
yakni kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau
kesuburan fisik lebih mengutamakan tentang keadaan fisik tanah yang
banyak kaitannya drengan penyediaan air dan udara tanah, maka kesuburan
kimia berperan dalam menentukan dan menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang
menyangkut dalam masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman. Untuk mencapai rnaksud tersebut, maka pembahasan
mengenai sifat kimia tanah ini kita batasi pada. hal-hal yang berkaitan
erat dengan masalah-masalah antara lain : Reaksi tanah (pH), koloid
tanah, pertukaran kation, dan kejenuhan basa.
5.1. Reaksi Tanah ( pH)
Tersedianya unsur hara bagi tanaman, meningkatnya aktifitas mikro
organisme dan reaksi-reaksi kimia lainnya di dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh reaksi tanah, yang secara tidak langsung berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
Yang dimaksud dengan reaksi tanah ialah : Sifat keasaman dan kebasaan
dari tanah, sehingga kita kenal ada tiga reaksi tanah yaitu : asam,
netral dan basa. Secara defenisi dapat dikatakan bahwa pH tanah adalah
aktifitas konsentrasi ion hidrogen ( H) dalam suatu larutan tanah yang
dinyatakan dengan rumus :
pH = log
Sebagai contoh pada tanah yang bereaksi netral maka :
pH = log
Suatu larutan yang bersifat asam mempunyai konsentrasi ion H+ lebih besar dari konsentrasi ion sedangkan suatu larutan basa, jika konsentrasi ion H+ lebih kecil dari konsentrasi ion , dan jika konsentrasi ion H+ sama dengan ion maka sutau larutan disebut netral, atau pH nya = 7.
Nilai pH berkisar antara 0 – 14, sedangkan untuk tanah pertanian pH
ini berkisar antara 4 – 9. Tanah-tanah di Indonesia pada umumnya
berekasi masam dengan pH 4.0 – 5. sehingga tanah-tanah yang ber pH 6.0 –
6.5 sudah dapat dikatakan cukup netral meskipun masih agak masam. Di
daerah rawa-rawa seperti pada tanah gambut pH tanahnya lebih rendah lagi
yakni sekitar 3.5 – 4.0 dan ada juga yang ber pH lebih kecil dari 3.0
seperti tanah sulfat masam.Reaksi tanah pH yang tinggi dijumpai pada
tanah-tanah daerah iklim kering atau pada tanah-tanah bergaram, dapat
mencapai pH 8.5 – 9.0.
Sumber Ion H
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa kemasaman tanah itu
disebabkan oleh aktifitas ion hidrogen. Untuk itu kita harus mengetahui
dari mana sumber ion hidrogen tersebut.
1. Ionisasi asam-asam organis. Pada penguraian bahan organis dihasilkan asam-asam organis seperti asam karbonat. Asam karbonat dapat melepaskan ion H+ dengan cara seperti berikut :
H2ZCO3 <============= > HC03- + H+
2. Ion AI yang terjerap : Jika pH tanah masam
sekali, maka Al akan sangat larut yang dijumpaidalam bentuk ion Al dan
hidroksida Al. Kedua ion Al trsebut lebih mudah terjerap pada koloid
liat daripada ion H+ . Aluminum yang terjerap ini berada
dalam keadaan seimbang dengan Al dalam larutan tanah. Oleh twena itu Al
berada dalam larutan mudah terhidrolisis, maka Al menapakan ptrnyebab
kemasaman atau penyumbang ion H+. Kejadian itu dapat dilukiskan dengan reaksi sebagai berikut :
( Misel ) Al+++ ————> Al3+
Ion Al terjerap pada misel Ion Al dalam larutan tanah
Selanjutnya ian Al yang berada di dalam larutan tanah dihidrolisis sebagai berikut :
Al3+ + H2O —————–>
Hidrolisis diatas menghasilkan ian H dan mungkin merupakan sumber utama ion H dalam sebagian besar tanah sangat masam.
3. Koloid Liat dan koloid Humus : Koloid liat dan
humus di dalam tanah merupakan penyumbang ion H dalam larutan tanah pada
tanah yang berkemasan sedang. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa ion
Ca yang sedikit tidak cukup untuk menetralkan kemasan. Reaksinya adalah
sebagai berikut :
Misel H+ + Ca ————-> (Misel) Ca2+ + 2H+
H+
Sumber ion OH
Jika misalnya komplek jerapan (adsorpsi) yang semulanya di tempati
oleh ion H dan Al digantikan oleh kation-kation seperti kation Ca, K dan
Mg, maka konsentrasi ion H pada komplek jerapan tanah akan berkurang,
akibatnya konsentrasi ion OH naik. Peristiwa ini dapat dilihat dari
reaksi berikut :
H+
Misel Ca2+ + 2 H2 O <=========> (Misel) H+ + 2 Ca2+ + 2 OH+
Ca2+ H+
H+
Dari reaksi diatas ternyata kation-kation basa mempengaruhi
konsentrasi ion OH. Hidrolisis dari misel yang dijenuhi oleh basa-basa
menghasilkan ion OH.
Sifat Penyangga Tanah
Reaksi tanah (pH) tidak mudah diturunkan ataupun dinaikkan secara
mendadak, karena di dalam tanah ada sifat penyangga pH. Komponen tanah
yang mempunyai sifat menyangga ini adaIah gugus asam Iemah seperti
karbonat serta komplek koloidai tanah yakni koloid Iiat dan koloid
humus. Koloid tanah dikelilingi oleh ion-ion H yang terjerap pada
permukaannya dan di pihak lain ada ion-ion H yang tidak dipengaruhi oleh
komplek jerapan tanah , yakni ion H yang herada pada larutan tanah. Ion
H yang terjerap dan yang berada di dalam larutan tanah berada dalam
keseimbangan.
Mekanisme sanggaan dapat dijelaskan berdasarkan sifat dissosiasi ion H
dari asam koloidal lemah. Reaksinya sebagai berikut dan Gambar 5.1.
Ion H yang terjerap <==========> Ion H dalam larutan tanah
(Kemasaman cadangan) ( Kemasaman aktif)
Asam Iemah ini mempunyai tingkat disosiasi yang Iemah dan sebagian
besar dari ion H masih tetap terjerap pada permukaan koloid. Bila suatu
tanah masam ingin dinaikkan pH nya, maka dilakukan pengapuran, dan
akibatnya reaksi akan beralih ke kanan dimana ion-ion Ca dari kapur
lebih banyak terjerap, tapi ternyata pH tidak banyak berubah. Hal ini
terjadi karena ion-ion H masih banyak terjerap pada koloid tanah. Dengan
penambahan kapur yang Iebih banyak lagi hingga cukup untuk mebebaskan
semua ion H dari kompIek jerapan tanah dan digantikan oleh ion Ca, maka
akan terjadilah peningkatan pH tanah yang lebih nyata. Ini berarti
kemasaman cadangan telah dinetralkan.
Dengan adanya sifat penyangga di dalam tanah, hai ini dapat menjaga
penurunan pH yang drastis akibat bertambahnya ion H oleh suatu poroses
biologis ataupun perlakuan pemupukan. Adanya aktifitas jasad jasad hidup
di dalam tanah atau perlakuan pemupukan yang bersifat asam akan
menyumbangkan banyak ion H, sehingga reaksi beralih ke kiri, namun
demikian penurunan pH juga tidak nyata. HaI ini juga disebabkan oleh
adanya sifat sanggaan tanah tadi. Dari uraian diatas jelaslah bahwa
sifat sanggahan tanah sangat penting artinya dalam menjaga kestabilan
reaksi tanah, sehingga gejolak pH yang hebat tidak terjadi yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman.
Pengaruh pH terhadap tanah
Reaksi tanah (pH) mempunyai peranan yang penting terhadap
ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro maupun hara mikro.
Meningkatnya kelarutan ionion Al, dan Fe dan juga meningkatnya
aktifitas jasad-jasad renik tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan pH
tanah
pH dan ketersediaan unsur-unsur hara
Reaksi tanah berpengaruh terhadap ketersediaan unsur-unsur hara di
dalam tanah. Pada umumnya unsur hara makro akan lebih tersedia pada pH
agak masam sampai netral, sedangkan unsur hara mikro kebalikannya yakni
lebih tersedia pada pH yang lebih rendah.
Tersedianya unsur hara makro, seperrti nitrogen, fosfor, kalium dan
magnesium pada pH 6.5. Unsur hara fofor pada pH lebih besar dari 8.0
tidak tersedia karena diikat oleh ion Ca. Sebaliknya jika pH turun
menjadi lebih kecil dari 5.0, maka fisfat kembali menjadi tidak
tersedia. Hal ini dapat menjadi karena dalam kondisi pH masam,
unsur-unsur seperti Al, Fe, dan Mn menjadi sangat larut. Fosfat yang
semula tersedia akan diikat oleh logam-logam tadi sehingga, tidak larut
dan tidak tersedia untuk tanaman. Beberapa tanaman tertentu dapat
kekurangan unsur hara mikro seperti Fe dan Mn. Untuk memperoleh
ketersediaan hara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman dan kegiatan
biologis di dalam tanah, maka pH tanah harus dipertahankan pada pH
sekitar 6.0 – 7.0.
0 komentar:
Posting Komentar